CAB Januari 2018

Catatan kali ini adalah hasil review dari sekian bulan saya mengamati siswa yang datang mendaftar ke Himawari Day Care, memiliki kendala-kendala seperti di bawah ini:

1. Tidak bisa tertib duduk saat makan.

2. Tidak menyukai makanan dengan menu lengkap, yaitu nasi, lauk (ikan, daging, dll), pauk (sayuran), dan buah.

3. Tidak bisa berbicara dengan jelas (meski sudah usia 2, 3 dan ada juga yang 4 tahun).

4. Tidak mau bersosialisasi dengan teman seusia, hanya suka dengan orang dewasa.

5. Tidak mau saling bersalaman dengan teman ketika selesai merebut mainanan teman.

Berikut ini adalah beberapa kiat yang kami coba jalankan untuk mengatasinya, dan saran kami untuk orang tua di rumah.

1. Tidak bisa tertib duduk saat makan.

Pemicu awal, biasanya adalah pembiasaan dari lingkungan sebelumnya, yaitu

+ Pembiasaan cara makan: anak terbiasa makan sambil bermain, atau bahkan sambil diajak jalan ke luar rumah.

+ Pembiasaan jenis makanan: anak terbiasa diberikan cemilan, susu lebih dominan daripada makan utama, dan lain sebagainya. Jenis makanan di atas tidak membutuhkan anak untuk duduk di meja makan, karena biasanya makan cemilan sambil bermain, dan minum susu sambil tiduran.

Ketika di Himawari Day Care anak dibiasakan untuk makan duduk di kursi, dan ada beberapa anak yang merasa tidak nyaman dikarenakan sebab di atas tadi.

Kiat Ibu Guru Himawari untuk mengatasinya:

* Sediakan makanan dalam porsi yang sesuai usianya, sehingga ia mampu menghabiskan makanan tanpa sisa. Perasaan “mampu menghabiskan makanan” adalah penting untuk senantiasa dijaga.

* Buat perut anak lapar, dengan tidak memberikan makanan maupun susu, di antara dua jam makan. Bila anak haus, cukup memberikan air putih saja. Beri kegiatan yang menyenangkan, sehingga anak fokus pada mengeluarkan energinya.

* Setelah perut anak dibuat lapar, dia akan sangat ingin makan. Ketika guru menyiapkan makanan lengkap dengan meja dan kursi, ia akan duduk tenang, dan melupakan kebiasaan makan yang sebelumnya (yang biasanya disuapi sambil bermain atau jalan-jalan). Anak yang lapar akan duduk makan dengan menggunakan tangannya sendiri, tanpa disuapi, hingga perutnya terasa kenyang.

* Jika kiat di atas tidak berhasil, maka kiat kedua adalah, guru membantu menyuapkan makanan ke mulut anak, sambil terus mengajaknya ngobrol. Guru harus tetap berada samping anak ini sampai anak menghabiskan makanannya.

* Jika kiat kedua juga tidak juga berhasil, maka kiat ketiga adalah, guru membawa buku bacaan kesukaannya, atau mainan kesenangannya. Harus berupa media yang interaktif, apakah itu buku yang menarik, atau mainan yang interaktif. Biasanya kalau seperti ini, semua anak akan takluk.

* Jika kiat ketiga tidak juga berhasil, kami akan berikan makanan yang anak ini inginkan. Ini bukan untuk seterusnya. Ini hanya sebatas mengganjal perutnya. Tahap berikutnya, kami konsultasikan kepada psikolog kami untuk mendapatkan saran lebih tepat, sambil meminta observasi tentang kemungkinan anak ini adalah anak spesial, yang membutuhkan penanganan spesial.

Kerjasama yang kami harapkan dari orang tua, agar melakukan pembiasaan yang sama seperti di day care:

# Menetapkan waktu makan, tidak mengubah-ubah waktu makan.

# Makan duduk bersama seluruh anggota keluarga di meja makan, sambil mengobrol dengan hangat, dan tanpa gadget atau pun TV.

# Berikan porsi yang kira-kira ia mampu menghabiskan. Anak jangan terbiasa menyisakan makanan.

Lebih baik orang tua menawarkan anak untuk tambah makan, ketika anak terlihat mampu menghabiskan makanannya. Namun jangan dipaksa untuk tambah makanan, agar anak terbiasa mengatur sendiri kebutuhan dirinya. Jangan khawatir anak akan jatuh sakit.

# Tidak menyuapi anak, sebisa mungkin anak dimotivasi makan sendiri

2. Tidak menyukai makanan dengan menu lengkap

Pemicu awal, biasanya masa MPASI tidak berjalan dengan baik. Bisa jadi orang yang menangani MPASI bukan orang tua dari anak ini, misalnya saja Pembantu Rumah Tangga.

Dari sekian cerita yang saya dengar, biasanya PRT mencari jalan tersingkat, yaitu berikan makanan yang anak itu pasti suka, seperti biskuit, mie, roti, dll. PRT seperti ini tidak memiliki kepedulian tentang kebutuhan gizi dan keragaman jenis makanan yang perlu diserap oleh tubuh anak. Namun ada kalanya, bukan PRT yang melakukannya.

Ada juga yang penyebabnya adalah orang tuanya sendiri, yaitu orang tua yang seringkali menyerah ketika anak hanya mau makan makanan tertentu, sehingga mengikuti kemauan anak. Anak seperti ini ada yang hanya mau makan makanan jenis tertentu saja, seperti roti, mie, biskuit, dll.

Istilah kerennya untuk kasus seperti ini, picky eater, atau pilah pilih makanan. Memangnya kenapa sih, anak tidak boleh pilah pilih? Ternyata bahasan seperti ini sudah banyak tersebar di internet, dan orang tua jaman now bisa segera mendapatkan jawabannya, bahwa sebaiknya tubuh manusia diperkenalkan dengan ragam jenis makanan yang berbeda-beda.

Jika hal ini tidak dilakukan, akan berdampak jangka panjang. Saat dewasa nanti, anak bisa mengalami kekurangan zat gizi tertentu, dan penyakit yang aneh yang sulit ditemukan cara penyembuhannya. Kita semua tidak menginginkan hal itu tentunya.

Kiat kami untuk mengatasi hal ini, sama seperti di atas, yaitu kiat mengatasi anak tidak mau duduk saat makan, ditambah dengan kiat di bawah ini:

* Guru secara konsisten menemani anak makan, sambil membujuknya agar mau memakan yang anak tidak suka, dengan rayuan bahwa anak akan mendapatkan tambahan lauk yang dia suka.
Misal, “kamu akan bu guru beri tempe, jika kamu mau coba sayur ini.”

Ibu guru tidak kehilangan akal, jika anak tetap menolak. Ibu guru terus merayu, dengan mengatakan, “baiklah kalau kamu tidak mau tambahan tempe, tapi cukup dengan mencoba kuah sayurnya saja, setelah itu kamu boleh menghabiskan nasimu saja.”

Kejadian ini terus diulang setiap hari, Ibu Guru tetap konsisten, dan anak pada akhirnya akan menyerah.

* Ibu guru senantiasa bercerita dengan cara yang menarik tentang manfaat makanan sehat bagi tubuh. Sehingga anak termotivasi ingin memakannya.

* Untuk usia yang masih kecil (0 dan 1 tahun), Ibu guru tidak perlu menceritakan manfaat makanan sehat bagi tubuh, karena secara logika mereka belum mampu menyerap. Cukup dengan cara memberikan saja secara konsisten menu sehat, dan tiadakan cemilan di antara dua waktu makan. Sambil selalu mengatakan bahwa sayur enak, ikan enak, dan seterusnya.

Kebiasaan yang tidak tepat dari orang tua adalah, memberikan anak balita ini cemilan. Cemilan membuat anak kehilangan nafsu makan, dan tidak menyukai masakan rumahan. Masakan rumahan pada umumnya tanpa MSG, sehingga rasanya tidak segurih cemilan. Khususnya masakan di Himawari Day Care, adalah masakan yang ingin memperkenalkan rasa asli dari setiap bahan makanan.

Kerjasama yang kami harapkan dari orang tua adalah:

# Jangan memberikan cemilan kepada anak balita, di luar dari jam ngemil. Jam ngemil sebaiknya hanya jam 8.30 dan jam 15. Itu pun jangan berlebihan, agar anak tidak terlalu kenyang.

# Berikan sebisa mungkin cemilan yang sehat, seperti buah-buahan, jagung rebus, edamame rebus, dll. Hindari memberikan makanan yang dibuat oleh pabrik, karena pasti mengandung MSG dan pengawet.

# Kurangi porsi minum susu, agar anak tidak dikenyangkan oleh susu. Panduan kami dalam memberi susu, hanya setelah jam makan siang dan setelah snack sore.

# Ajak anak berbelanja ke supermarket atau ke pasar, agar membangkitkan rasa ingin tahu anak tentang sayuran, buah-buahan, ikan, ayam, daging, dll.

# Masak di rumah tanpa MSG, sebisa mungkin kurangi pemberian penyedap masakan, sehingga rasa asli dari bahan makanan menjadi dominan.

# Bacakan buku tentang tubuh, dan kebutuhan untuk makan sehat, dll.

# Yakin bahwa proses ini akan berhasil jika konsisten dijalankan.

3. Tidak bisa berbicara dengan jelas (di usia 2, 3 dan 4 tahun)

Penyebabnya, ada dua, yaitu dari lingkungan, dan dari genetika. Jika penyebabnya adalah faktor lingkungan, hal ini bisa jadi dikarenakan kurang stimulasi di usia dini, dan anak diberikan gadget sehingga tidak punya kebiasaan berkomunikasi dengan manusia.

Kiat yang dijalankan oleh Ibu Guru Himawari Day Care:

* Membacakan beragam buku cerita, sesuai kemampuan daya tangkapnya.

* Mengajak berbicara dengan kalimat yang singkat dan suara yang jelas, sambil menatap matanya.

* Mengajaknya bernyanyi dengan lagu yang mudah diikuti.

* Mengajarkan kosa kata dengan flash card, buku, atau langsung benda yang ada di depan matanya

Saran kepada orang tua di rumah:

# Jauhkan anak dari gadget (TV, HP, Games online, dll). Usia 0, 1 dan 2 tahun bahkan tidak boleh kontak mata dengan gadget, karena dapat menghambat perkembangan otak).

# Perbanyak kontak mata dan komunikasi dengan anak, tanpa ada gadget.

# Perbanyak bermain bersama anak, baik itu di dalam rumah, maupun di luar (seperti pergi ke kebun binatang, sambil menambah kosa kata anak).

# Ajak anak ke toko buku, biarkan anak memilih sendiri buku yang akan dibeli, dan sering-sering bacakan buku.

# Jika anak termasuk anak spesial, ajak anak ke dokter anak, atau psikolog, atau tempat terapi.

4. Tidak mau bersosialisasi dengan teman seusia

Penyebabnya bisa jadi karena:

+ Tidak terbiasa bertemu orang lain, kecuali keluarganya sendiri.

+ Tidak terbiasa bertemu dengan anak-anak, karena terbiasa di lingkungan orang dewasa semua.

+ Banyak dipuji dan menjadi pusat perhatian orang dewasa, sehingga ia merasa bahwa anak seusianya adalah saingannya, yang bisa merebut perhatian orang dewasa dari dirinya.

+ Pernah merasa trauma karena ada anak yang merebut mainannya, atau kasar terhadapnya

Kiat Bu Guru Himawari Day Care dalam mengatasi kendala ini:

* Ajak anak ini untuk bermain bersama teman-temannya. Lakukan permainan yang disukainya bersama teman-teman, seperti bermain air, bermain pasir, playdough, dll.

* Ketika anak memukul teman yang lain, itu dikarenakan ia merasa teman seusianya adalah saingan. Saat seperti ini Bu Guru menatap mata anak ini sambil menjelaskan dengan tenang bahwa ia tidak boleh memukul teman. Teman akan merasa sakit, dan tangan anak ini juga sakit karena memukul. Tangan bukan untuk memukul, tapi untuk menyayangi. Ajari anak untuk bersalaman, meminta maaf, dan mengelus kepala teman yang tadi dipukul.

* Bu guru mengurangi memuji atau memperhatikan anak ini secara berlebihan.

* Bu guru arahkan selalu anak ini agar mau bergabung dengan teman seusia, dan tidak selalu diikuti keinginannya, agar ia belajar menguasai egonya.

* Mengajak anak berempati kepada teman yang sedih, atau sakit, dll.

* Membacakan buku cerita yang berkaitan dengan hal ini.

Kerjasama yang bisa dilakukan oleh orang tua:

# Sering mengajak anak ini ke acara keluarga besar, di mana banyak orang dewasa yang tidak terlalu mengenalnya sehingga tidak memakluminya. Di acara keluarga, anak ini juga akan berkenalan dengan saudara-saudaranya yang bisa jadi seusia dengannya, dan ia belajar untuk berbagi.

# Jika di rumah si anak melakukan kesalahan, orang tua harus menegurnya. Jika orang tuanya juga menegur, maka ia akan lebih menurut ketika orang lain juga menegurnya saat ia melakukan kesalahan.

# Ego anak ini perlu ditekan, dengan tidak selalu mengikuti kemauannya.

# Sering melakukan kontak mata dengan anak saat berkomunikasi.

5. Tidak mau bersalaman dengan teman setelah memukul teman

Kejadian ini lanjutan dari kendala nomor 4 di atas.

Anak yang tidak mau bersalaman, ada dua tipe, yaitu: tipe yang seperti nomor 4 di atas (tidak suka bermain dengan teman sesusia), atau tipe yang egonya sangat tinggi (meski ia mau bermain dengan teman seusia).

Kiat Ibu Guru Himawari Day Care dalam mengatasinya, selain kiat yang sudah dijelaskan di poin nomor 4 di atas, Ibu Guru Himawari juga melakukan hal sebagai berikut:

* Membacakan buku cerita tentang kebiasaan anak yang baik ketika bermain (mengucapkan kata pinjam, maaf, terima kasih, tolong, dll).

* Mempraktekkan langsung, ketika Ibu Guru melakukan kesalahan kepada anak itu, Ibu Guru juga meminta maaf.

* Membimbing anak agar mau meminta maaf dengan memberikan penjelasan yang mudah dipahami, tanpa suara yang tinggi atau marah. Ibu guru berkata dengan tenang, dan Ibu Guru memuji anak yang mau meminta maaf.

* Ibu Guru mengajak anak ini bicara dari hati ke hati di saat anak ini sudah tenang, di waktu seperti: mau tidur, bangun tidur, bermain berdua saja dengan Ibu Guru. Pembicaraan dari hati ke hati seperti ini membuat anak lebih mudah dinasehati, karena dirinya merasa dicintai dan disayangi.

Saran kami kepada orang tua di rumah:

# Ketika anak memukul anak lain, orang tua langsung tegur, ajarkan anak meminta maaf, dan jangan memaklumi kesalahan anak.

# Mengajak anak berdialog ketika anak sedang tenang, ceritakan tentang akibat jika memukul teman, apa yang teman rasakan, dan ajarkan anak berempati.

# Sering ajak anak bergaul dengan anak lain, dan melihat contoh bagaimana cara bermain yang baik.

# Ajak anak berempati, dengan cara mencoba menjelaskan rasa sakit jika dipukul, bahkan orang tua boleh mengajarkan bagaimana rasa sakit itu, dengan cara memukul tangan anak, dengan sebelumnya memberikan keterangan terlebih dahulu, dan dilakukan di saat emosi semuanya dalam kondisi stabil.

Untuk kasus anak-anak spesial, kami akan adakan observasi terlebih dahulu, untuk menimbang kemampuan kami dalam mengatasinya. Jika kami tidak mampu, maka kami kembalikan kepada orang tua masing-masing. Dikarenakan anak-anak spesial membutuhkan penanganan yang lebih intensif.

Kami perhatikan ada dua penyebabnya anak menjadi spesial, yaitu: yang disebabkan oleh pembiasaan yang buruk dari lingkungan rumah (seperti pemberian gadget tanpa kontrol), ada pula yang memang disebabkan oleh faktor genetika.

Alhamdulillah, sepanjang pengalaman Himawari Day Care menghadapi kendala-kendala di atas, kami dapatkan kuncinya ada pada:

Konsistensi untuk tetap melakukan pendidikan yang baik.