Adversity Quotient

Metode Melatih Adversity Quotient (Kecerdasan Mengatasi Kesulitan)

Semua guru di Himawari Day Care memiliki kesadaran yang tinggi akan peran mereka, yang bukan hanya mengasuh kebutuhan fisik, tapi juga mendidik mental dan karakter anak. Hal itu dilakukan oleh guru secara sadar dan tenang, sejak bayi usia 0 tahun hingga anak usia 6 tahun. Pembentukan karakter justru memegang peranan penting di 6 tahun usia pertama ini. Usia 0-3 tahun adalah masa memperkenalkan nilai-nilai kebajikan kepada batita, kemudian di usia 4-6 tahun adalah masa penerapannya dengan mendisiplinkan secara konsisten, sehingga anak menjadi tahu praktek dari nilai-nilai moral yang telah ia terima di 3 tahun pertama di kehidupannya itu.

Di video berikut ini, kita bisa melihat bagaimana guru menerapkan kedisiplinan dan memberikan kejelasan logika tentang mana yang terpenting dari semua hal.

Ini adalah waktu makan siang. Di semua Day Care di Tokyo, makan siang dilaksanakan di dalam kelas. Petugas dapur mengantarkan makanan dengan menggunakan kereta dorong ke kelas, lalu guru membawakan kereta itu ke dalam kelas dan membagikan per jatah ke piring. Siswa yang bertugas piket hari itu membagikan piring-piring makan ke teman-teman semeja dengannya.

Setiap hari, ada petugas piket dipergilirkan, yaitu dari setiap satu meja yang terdiri dari 4 anak, ada 1 petugas piket. Petugas piket mengenakan topi dan celemek buatan orang tua masing-masing, dan mereka kenakan secara mandiri, sebagai tanda bahwa mereka adalah petugas piket pada hari itu.

Ketika petugas piket selesai membagikan piring-piring makanan di hadapan teman-teman semeja mereka, dan guru selesai membagikan roti, itu saatnya guru menejelaskan kepada siswa, jam berapa mereka harus menyelesaikan makan siang. Guru menyebutkan jam sambil menjelaskan jarum panjang dan jarum pendek masing-masing menunjukkan pada angka berapa.

Saat guru menjelaskan jam, ada satu anak yang ikut berbicara. Dengan tegas guru menegur anak tersebut, lalu mempersilakan anak maju menggantikannya. Anak itu pun terdiam.

Berikutnya, guru memanggil petugas piket untuk kembali ke depan kelas dan memimpin doa sebelum makan. Setelah itu guru mempersilakan murid yang ingin mengurangi jatah makan siangnya, agar berbaris untuk meletakkan bagian yang kira-kira tidak sanggup ia makan ke tempat yang telah disediakan. Dengan demikian, maka anak yang ingin nambah, masih bisa tambah makanan, tanpa harus merasa jijik, karena makanan yang dikembalikan bukanlah makanan sisa. Begitu juga anak yang mengembalikan makanan, ia tidak akan mubazir karena menyianyiakan makanan. Semua menghargai setiap makanan yang ada.

Murid-murid segera berbaris. Di menit ke-6.11, ada satu anak laki-laki yang membawa piring keramiknya agak miring, sehingga tomat mini di piringnya meluncur ke lantai. Di video bisa dilihat bagaimana ekspresi wajah anak laki-laki bercelana jeans dan berkepala agak plontos ini. Ia terlihat sangat kaget dan kebingungan bagaimana mengatasi masalah itu.

Ternyata anak perempuan yang berdiri di belakangnya mengetahui tentang gelincirnya tomat mini ini. Ia pun memberikan tawaran bantuan. “Mari saya bawakan piringmu, jadi kamu bisa ambil tomatmu yang jatuh.,” kira-kira seperti itu tawarannya. Anak laki-laki ini setuju dan menyerahkan piring keramiknya ke anak perempuan itu.

Lalu.. apa yang terjadi? Ternyata piring yang telah dipegang anak perempuan ini, meluncur ke lantai, dan tumpahlah semua isi piring. Tomat juga gagal diambil, malahan semua isi piring ikutan tumpah ke lantai…

Apa yang guru lakukan?

Guru tidak memarahi anak. Guru menanyakan pertama-tama kepada saksi mata, bagaimana kronoligisnya, lalu kepada dua orang pelaku. Setelah semua jelas duduk persoalannya, guru meminta dua pelaku membersihkan lantai yang kotor. Kedua anak ini dengan sigap merapikannya.

Wajah mereka tidak terlihat kesal atau marah karena disuruh membersihkan lantai, juga teman-teman sekelas tidak ada yang meledek atau membuat suasana ricuh. Guru juga tidak memarahi, dan bahkan ketika ada anak yang nyeletuk, “piringnya tidak pecah!” saat dengar pertama kali suara piring jatuh, guru segera mengoreksi, dengan mengatakan,  “ini bukan masalah piringnya tidak pecah, jadi tidak apa-apa! Bagaimana kejadiannya? Apakah kalian tabrakan?”

Silakan menikmati video ini, dan kami tunggu pendapat Anda mengenai video ini…

https://www.youtube.com/watch?v=KJ1NM7I77vQ